Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
RESUME
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Indonesia
dengan segala keanekaragaman budaya dan suku yang ada merupakan suatu kekayaan
yang sangat berharga. Ciri-ciri masing-masing etnis, yaitu 14 etnis utama dan
300 etnik menciptakan sebuah hubungan sosialisasi antar sesama dengan yang bersifat
plural. Dengan sifat yang plural ini, Indonesia rawan akan timbulnya konflik
karena sulit menjaga perbedaan yang ada di berbagai daerah. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah pendidikan yang dapat membekali para siswa dan mahasiswa
dimana di dalamnya diajarkan bagaimana bernegara yang baik dan benar.
Perjalanan
panjang bangsa Indonesia dalm memperoleh kemerdekaan merupakan hal yang tidak
mudah. Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukkan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 dilandasi
oleh keimanan serta ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk
berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai– nilai perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat inilah yang harus dimiliki oleh setiap warga negara
Republik Indonesia.
Tetapi
semangat perjuangan itu kini telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini disebabkan
antara lain oleh pengaruh
globalisasi.
Sedangkan
dalam era globalisasi dan masa yang
akan datang kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing–masing. Perjuangan non fisik ini memerlukan sarana kegiatan pendidikan
bagi setiap warga Negara Indonesia
pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon
cendikiawan pada khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam
Konferensi Menteri Pendidikan Negara-negar berpenduduk besar di New Delhi tahun
1996, menyepakati bahwa pendidikan Abad XXI harus berperan aktif dalam hal; (1)
Mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang
bertanggung jawab; (2) Menanamkan dasar pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) bagi kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan hidup; (3)
Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan, pengembangan,
dan penyebaran ilmu pengetahuan, teknologi dan seni demi kepentingan
kemanusiaan.
Kemudian dalam konferensi
internasioanl tentang pendidikan tinggi yang diselenggarakan UNESCO di Paris
tahun 1998 menyepakati bahwa perubahan pendidikan tinggi masa depan bertolak
dari pandangan bahwa tanggungjawab pendidikan adalah;
(1)
Tidak hanya meneruskan nilai-nilai, mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, tetapi juga melahirkan warganegara yang berkesadaran tinggi tentang
bangsa dan kemanusiaan;
(2)
Mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang produktif dalam konteks yang
dinamis;
(3)
Mengubah cara berfikir, sikap hidup, dan perilaku berkarya individu maupun
kelompok masyarakat dalam rangka memprakarsai perubahan sosial yang diperlukan
serta mendorong perubahan ke arah kemajuan yang adil dan bebas
Agar bangsa Indonesia tidak
tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka Pendidikan nasional Indonesia perlu
dikembangkan searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan. Pendidikan
nasional memiliki fungsi sangat strategis yaitu “mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa” Tujuan Pendidikan nasional “ berkembangnya
potensi peserta anak didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Pendidikan
Kewarganegaraan (citizenship education) di perguruan tinggi sebagai
diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang
menunjang dan relevan dengan pembangunan masyarakat demokratik berkeadaban,
diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan atau profesional, berdaya
saing secara internasionasional, warganegara Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
(Prof Dr. H. Kaelan, M.S., Drs. H. Ahmad Zubaidi,
M.Si, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,Paradigma, Yogyakarta,
2012)
Komentar
Posting Komentar