Peradaban Gontor
PERADABAN
GONTOR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Pondok pesantren adalah media
pendidikan yang sudah ada sejak zaman penjajahan serta meliputi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pondok pesantren dari zaman ke zaman telah
mengalami perkembangan mengikuti arus modernisasi dunia, tapi masih bertahan
dengan nilai-nilai keislamannya. Itulah pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan ideal.
Pergulatan pesantren dengan budaya
dan nilai-nilai asing di Indonesia menjadi tonggak pertahanan nilai-nilai
keislaman yang mulai terpengaruh oleh budaya asing. Sejatinya, pondok pesantren
telah mengaplikasikan sebuah lingkungan yang memadai untuk kemajuan ummat
Islam, begitu juga Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok Modern Darussalam
Gontor lahir sebagai alternatif dan pembaharu
system pendidikan di Indonesia yang kaku. yaitu dengan memadukan
system pendidikan umum dan system
pendidikan salafi. Yang dari system terpadu inilah lahir peradaban yang
berperan dan berkhidmat untuk kemulian umat dan bangsa. Peradaban Gontor dengan
system yang terintegrasi telah mencetak ribuan alumni yang berkiprah di
masyarakat untuk, menyebarkan dan
mewariskan nilai-nilai Gontor yang telah mereka rasakan
sebagai gemblengan mental.
1.2. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
keterkaitan peradaban dengan kebudayaan dan pendidikan?
2.
Bagaimanakah
pembangunan peradaban Gontor?
3.
Bagaimanakah pewarisan
peradaban Gontor dalam masyarakat?
1.3. Tujuan
pembahasan
Pondok Modern Darussalam Gontor
telah menelurkan ribuan alumni yang berkiprah dalam kancah nasional dan
internasional. Langkah mereka tak pernah lepas dari nilai-nilai yang diadopsi
dari peradaban Gontor yang telah membayangi mereka dalam tiap langkah. Dan
diusia Gontor yang ke-90 dan Gontor Putri yang ke 25, Gontor berusaha melakukan konsolidasi internal,
sehingga mampu bertahan dalam kecaman budaya asing yang telah meracuni bangsa
dan umat. Dimulai dari dalam diri pondok, yaitu melalui internalisasi para
kader, guru dan alumninya yang kelak berperan di masyarakat luar. Hal itu
bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai pondok serta mengetahui seluk beluk
perjuangan para pendiri dan penerus Gontor dalam membangun dan mengestafetkan peradaban Gontor. Melalui pembahasan ini
diharapkan sebagai internalisasi kepondokmodernan bagi para alumninya.
BAB 2
2.1. Definisi
peradaban
Peradaban secara harfiah
berasal dari kata adab yang berarti akhlak, kesopanan, atau kehalusan budi
pekerti. Sedangkan peradaban secara istilah didefinisikan sebagai kesuluruhan
komplektivitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasai, negara, ras, suku
atau agama yang membedakannya dari yang lain.1
Adapun peradaban yang
sering kita pahami adalah sebagai tingkat kemajuan kebudayaan suatu masyarakat
yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan pendidikan yang mengukur tinggi
rendahnya suatu peradaban.
Adapun indakator peradaban adalah sebagai berikut:2
·
Organisasi
sosial
·
Berkebudayaan
tinggi
·
Cara
berkehidupan yang sudah maju
2.2. Definisi
kebudayaan
Kebudayaan secara harfiah
berasal dari kata buddhayah, jamak dari budhi yang artinya budim akal, atau
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manausia.
Sedangkan kebudayaan secara istilah
diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.3
1Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, peradaban
2ibid,
wikipedia bahasa indonesiam ensiklopedia beba.htm, peradaban
3Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, kebudayaan
Adapun faktor penting dalam pembentukan kebudayaan adalah:4
·
Religi
·
Bahasa
·
Seni
·
Ilmu
pengetahuan
2.3. Definisi
pendidikan
Pendidikan
adalah proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, kebiasaan atau mental
karakter seseorang yang didapatkan melalui pengajaran, pelatihan dan
penelitian, dan apa yang didapat seseorang
dalam proses inilah yang akan membentuknya menjadi seseorang individu dengan ciri karakter
masing-masing.5
Pendidikan
dapat dikategorikan dalam 2 hal:6
·
Pendidikan
formal
Pendidikan
formal adalah proses pembelajaran yang kita tempuh dari TK, SD, SMP, SMA,
pondok pesantren, atau yang setara dengannya.
·
Pendidikan
nonformal
Pendidikan
nonformal adalah proses pembelajaran dan pembentukan pribadi seseorang melalui
media yang ada di sekitarnya, seperti rumah/keluarga, teman bermain dan lain
sebagainya yang dapat didapatkan kapanpun dan dimanapun.
4http//:Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.htm, kebudayaan
5http//: Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas.htm, pendidikan
6ibid, http//:Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, pendidikan
2.4. Selayang Pandang Pondok
Modern Darussalam Gontor
Pondok Modern
Darusslam Gontor merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia
yang didirikan pada 20 September 1926 oleh tiga bersaudara, yaitu K.H. Imam
Zarkasyi, K.H Ahmad Sahal, K.H Zaenuddin Fananie yang terletak di desa Gontor,
Mlarak Ponorogo, Jawa Timur. Pondok Pesantren yang telah bertahan selama 90
tahun dengan sistem pendidikan integratif dengan memadukan kurikulum intra dan
ektra serta kokulikuler selama 24 jam. Dan pada tahun 1958 Pondok Pesantren ini
resmi diwakafkan kepada Umat Islam hingga tanggung jawab maju mundurnya pondok
ini berada di tangan Umat Islam. Dan saat ini Pondok Pesantren Darussalam
Gontor memiliki 13 cabang pondok putra, dan 7 cabang pondok putri. Adapun
pondok cabang putri telah mewarnai pendidikan Indonesia selama 25 tahun sejak
berdirinya, 30 Mei 1990 di desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1. Keterkaitan
antara peradaban, kebudayaan dan
pendidikan
Dari segi definisi, peradaban berbeda dengan kebudayaan. Kedua kata
ini, telah banyak didefinisikan para antropolag.. Namun, keduanya masih mengacu
pada beberapa komponen, yaitu nilai-nilai, kebiasaan yang dianut oleh
masyarakat, misalnya bahasa dan teknologi. Secara umum peradaban dan kebudayaan
memiliki kaitan dengan masyarakat. Menurut Melville J. Herskoritis segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat dipengaruhi oleh bagaimana kebudayaan
mereka. Sedangkan menurut Selo Seomardjan kebudayaan adalah hasil karsa, rasa,
dan cipta masyarakat.7 Makna peradaban secara umum yaitu tinggi
rendahnya budaya masyrakat tertentu.
Masyarakat dikatakan beradab manakala memiliki
kebudayaan yang tinggi. Tolak ukur peradaban suatu masyarakat dilihat dari
pemikiran-pemikiran dan gagasan yang menjiwai suatu masyarakat. Yang pada
akhirnya akan menghasilkan tingkah laku dan budaya buah pemikiran, seperti
artefak atau fisik misalnya, perangkat dapur, bangunan, kendaraan dll.
Kebudayaan dan peradaban memiliki keterkaitan yang amat erat, karena parameter
peradaban adalah hasil-hasil kebudayaan buah gagasan suatu masyarakat.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri
Zarkasyi, menyampaikan bahwa peradaban adalah integrasi antara tsaqofah dan
madaniyah. Tsaqofah yaitu ide, jiwa dan perilaku manusia. Sedangkan madaniyah
adalah perwujudan fisik yang digunakan di suatu masyarakat.8
7 http//:Peradaban
Gontor _ Jarman Arroisi's Blog.htm
8ibid, http//:Peradaban
Gontor _ Jarman Arroisi's Blog.htm
Kaloborasi antara keduanya sangatlah penting bagi kemajuan peradaban
suatu umat. Begitu pula
pendidikan mempunyai keterkaitan antara peradaban dan kebudayaan, khususnya di
Gontor, sebagai lembaga pendidikan integratif islam. Pendidikan sebagaimana disampaikan para
ahli adalah proses pembentukan karakter, mental anak didik yang sengaja
diciptakan untuk membantu meningkatkan jasmani, rohani, dan akhlak. Adapun syiar Pondok Modern Darussalam
Gontor dalam pendidikan yaitu bahwasannya penerapan pendidikan akal, akhlak,
tidak cukup hanya dengan sekedar perkataan. Namun harus dengan qudwah sholihah
dan penciptan lingkungan yang baik. Dan setiap apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakan santri adalah pendidikan.9
Dan proses
pendidikan dalam konteks ini dirumuskan bahwa pendidikan adalah proses
pembudayaan dan peradaban melalui segala kegiatan yang dialami oleh seseorang.
Karena tidak mungkin untuk membangun suatu peradaban tanpa budaya yang
dihasilkan dari pendidikan.
Pendidikan diibaratkan sebagai proses peradaban, karena pendidikan
haruslah ditanamkan didalamnya benih-benih budaya dan pembangunan peradaban
yang dipadu oleh visi misi dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Di dunia
yang global ini, ketiga hal ini harus selalu berkesinambungan, pendidikan yang
akan membentuk kebudayaan, dan kebudayaan, dan darinya akan lahir peradaban
suatu ummat.
3.2. Pembangunan Peradaban Gontor
Sejarah berdirinya Pondok Modern
Darussalam Gontor merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia. Karena Pondok Modern Darussalam Gontor telah
hidup di masa penjajahan, saat bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya.
9قسم المنهج الدراسى،أصول التربية
والتعليم، معهد دار السلام كونتور، فونوروكو، 2011
Dan proses
perintisan lembaga pendidikan islam di masa penjajahan tidaklah mudah,
tantangan tak hanya timbul dari masalah pendanaan, namun tentangan penjajah dan
komunis yang tidak menginginkan cerdasnya bangsa Indonesia.
Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor,
yang akrab dengan sebutan Trimurti, K.H Ahmad Sahal, K.H.
Imam Zarkasyi, dan K.H. Zaenuddin Fananie adalah perintis awal pembangunan
peradaban Gontor dengan eksistensinya hingga hari ini. Titik awal peradaban
Pondok Modern Darussalam Gontor berawal ketika ketiga bersaudara ini diminta
untuk mewakili karesidenan Madiun dalam kongres umat Islam di Surabaya tahun
1926. Dan akhirnya berangkatlah Ahmad Sahal muda ke kongres tersebut, kongres
yang dihadiri oleh para tokoh pergerakan, tokoh pendidikan, dan ulama
Indonesia. Salah satunya adalah K.H Hasyim Asy’ari, beliau adalah ulama yang
memiliki salah satu pesantren yang ada di Indonesia. Darinya Ahmad Sahal muda terilhami untuk mendirikan lembaga pendidikan
pesantren dengan pergerakan yang telah beliau gagas. Sedangkan K.H. Hasyim
Asy’ari mendapat gagasan untuk mendirikan suatu pergerakan disamping pesantren
yang beliau kelola. Pergerakan tersebut adalah Nahdlatul
Ulama, yang tahun berdirinya sama dengan Pondok Modern Darussalam Gontor, 1926.
Dan keputusan dari kongres ini
adalah mengirim seorang ulama intelek yang menguasai dua bahasa, arab dan
inggris ke kongres internasional ummat Islam di Makkah. Namun, tak ada satupun
ulama intelek dengan kemampuan penguasaan 2 bahasa tersebut. Hingga akhirnya
dikirimlah K.H. Mas Mansyur dan HOS. Cokroaminota ke kongres tersebut. Dari
sinilah Ahmad Sahal muda terinspirasi untuk mendirikan sebuah lembaga
pendidikan yang mencetak ulama intelek dengan kemampuan 2 bahasa, arab dan
inggris agar mampu berperan dalam kancah nasional dan internasional.
Ide tersebut dapat direalisasilkan
pada tanggal 20 September 1926 dengan didirikannya TA (Tarbiyatul Athfal). TA
mendapat sambutan hangat dan positif dari masyarakat hingga berkembang pesat.
Dan sepuluh tahun kemudian, yaitu 1936 didirikan sistem KMI (Kulliyyatul
Mu’allimin Al-Islamiyah) atau persemaian guru guru Islam. Sejak awal berdirinya
Gontor telah memasukkan unsur-unsur modern, seperti adanya kepanduan,
organisasi, aneka seni musik, kaligrafi, beladiri, pidato 3 bahasa dengan
kostum yang necis berdasi dll. Namun kata modern bukanlah nama sebenarnya
pondok pesantern tersebut, melainkan sebutan dari masyarakat sekitar karen unsur-unsur
kemodernan para santri dan guru yang
telah disebutkan diatas.
Pada
tahun 1958, Gontor menorehkan babak baru, yaitu mewakafkan Pondok Modern
Darussalam Gontor untuk ummat di dunia. Sehingga bukan lagi milik pribadi 3 saudara tersebut. Dengan begitu,
Pondok Modern Darussalam Gontor bukan lagi hanya tanggung jawab pribadi
trimurti dan keluarganya, namun telah menjadi tanggung jawab ummat Islam dunia.
Pondok Modern Darussalam Gontor dari
tahun ke tahun terus berkembang dengan segala eksistensinya di masyarakat.
Namun, para pendiri Gontor belum mampu melihat sepenuhnya kemajuan pondok. Satu
persatu Trimurti dipanggil ke Rahmatullah, hingga tahun 1985, K.H. Imam
Zarkasyi sebagai trimurti yang wafat paling akhir. Trimurti telah tiada, namun
ide dan gagasannya berhasil ditanamkan dan menjadi bibit bagi kejayaan lembaga
pendidikan yang dirintis dengan penuh perjuangan, bondho bahu pikir lek perlu
sak nyawane pisan. Bahkan, gagasan dan ide para pendiri tersebut telah menjadi
acuan bagi pondok cabang dan alumni yang tersebar di pelosok Indonesia.
Trimurti telah berhasil meletakkan
dasar-dasar pendidikan dan peradaban Gontor yang dapat diklasifikasikan menjadi
nilai dan sistem.10
1.
Nilai pondok
meliputi:
a.
Panca Jiwa
Pondok Modern Darussallam Gontor
·
Jiwa
keikhlasan
10 Diktat pecan
perkenalan PMDG, Staf secretariat PMDG, Ponorogo, 1997, hal 11-20, 118
·
Jiwa
kesederhanaan
·
Jiwa berdikari
·
Jiwa ukhuwah
islamiyah
·
Jiwa kebebasan
b.
Motto Pondok
Modern Darussalam Gontor
·
Berbudi tinggi
·
Berbadan sehat
·
Berpengetahuan
luas
·
Berpikiran
bebas
c.
Orientasi
Pondok Modern Darussalam Gontor
·
Kemasyarakatan
·
Kesederhanaan
·
Tidak
berpartai
·
Ibadah thlabul
ilmi
d.
Sintesa Pondok
Modern Darussalam Gontor
·
Al-Azhar
·
Aligarh
·
Syanggit
·
Santiniketan
e.
Falsafah
Pondok Modern Darussalam Gontor
·
Falsafah
Kelembagaan
·
Falsfah
Kependidikan
·
Falsafah
Pembelajaran
2.
Sistem Pondok
Modern Darussalam Gontor
a.
Kepemimpinan
b.
Kepengasuhan
c.
Pengajaran
d.
Kaderisasi
e.
Pendanaan
3.3. Pewarisan
Peradaban Gontor Untuk Ummat
Sembilan puluh tahun silam Pondok
Modern Darussalam Gontor berdiri dalam kesunyian dan keterpincalan. Namun tetap
eksis dalam mencetak generasi ulung pemimpin
ummat. Nilai dan system pondok yang dicetuskan oleh trimurti menjadi fondasi
utama pembangunan peradaban Gontor. Pondok Modern Darussalam Gontor dengan
system KMInya yang menerapkan system
klasik dan proses pendidikan 24 jam adalah sarana dalam pewarisan peradaban
Gontor untuk ummat dan bangsa.
Generasi kedua pimpinan Pondok
Modern Darussalam Gontor senantiasa berjuang untuk membangun kampung nan damai di Indonesia khususnya. Selain
itu generasi kedua juga melakukan pengawalan, pengembangan, dan pengestafetan peradaban gontor untuk kemuliaan umat dan
bangsa. Salah satu media dalam mengestafetkan dan mengembangkan peradaban
gontor adalah melalui internalisasi nilai kepondokmodernan dan ekternalisasi
nilai-nilai pondok melalui para alumni yang berkiprah di masyarakat. Wilayah
internal mencakup para santri, guru serta kader pondok. Sedangkan wilayah
ekternal mencakup wali santri, masyarakat sekitar, tokoh masyarakat dan pemerintah.
Metode penyebaran peradaban gontor ke wilayah internal melalui instrument
keteladanan, penugasan, penciptaan lingkungan, pengarahan dan pembiasaan.11
Keteladan seorang kyai yang menjadi
sentral figure para santrinya adalah media yang dapat diraskan melalui
penglihatan santri yang secara tidak langsung akan menumbuhkan sifat yang
santri lihat dari kyai yang mendidiknya. Begitu juga melalui para guru yang
mendidik dan membimbing santri selama 24
jam. Tak hanya sampai disitu keteladanan teman dan kakak kelaspun mampu menjadi
media penyebaran nilai-nilai pondok.
11 http//:Peradaban
Gontor _ Jarman Arroisi's Blog.htm
Adapun
penugasan adalah media yang melibatkan santri dan guru secara langsung.
Tugas-tugas yang dibebankan
merupakan media dalam penanaman nilai-nilai pondok ke tiap individu. Karena
setiap santri pasti mendapat tugas atau amanat yang berbeda satu sama lain
dalam lingkup kependidikan formal dan nonformal. Melalui penugasan tersebut
santri akan memahami nilai-nilai pondok secara perlahan dan akan
mengestafetkannya melalui prilaku yang akan menjadi keteladanan bagi yang
lainnya.
Pondok pesantren telah didisign
sedemikian rupa. Sehingga santri berada dalam miniatur masyarakat dengan sifat
dan budaya yang berbeda tiap individu.
Dengan demikian tiap langkah dan kegiatan santri mengandung pendidikan untuk
bermasyarakat dalam lingkup yang terintegrasi.
Segala kegiatan santri tak terlepas
dari pengarahan para kyai dan guru senior yang akan mendidik mereka. Disamping
penugasan dan penciptan lingkungan yang baik, santri juga diarahkan agar dapat
memahami nilai-nilai filosofis tiap kegiatan yang dilakukan.
Dari keempat hal diatas. Santri harus membiasakan hal tersebut. Tak
hanya pembiasaan meledani, mendapat tugas, beradaptasi dengan lingkungan yang
telah diciptakan, serta pengarahan, santri juga harus membiasakan segala gerak
geriknya dengan disiplin tinggi. Baik disiplin dari diri sendiri, ataupun
lembaga dan organisasi yang
menkoordinir kegiatan pondok. Siap memimpin dan mau dipimpin.
Sedangkan wilayah ekternal yang menjadi sasaran Gontor dalam
penyebaran nilai-nilainya meliputi wali santri, tokoh masyrakat, pemerintahan
dan masyarakat secara keseluruhan. Strategi penyebaran dan pewarisan budaya
Gontor dalam wilayah ini dengan menyentuh kalangan tersebut dengan berbagai
media, diantaranya adalah tulisan, lisan, perbuatan, pendekataan, keteladanan,
dan kenyataan. Warta Dunia (WARDUN) yang terbit tiap tahun, Majalah Gontor,
jurnal fakultas, majalah dinding dan media massa merupakan contoh sarana dalam
mengajarkan dan mewariskan nilai-nilai Gontor melalui tulisan. Adapun ceramah
atau khutbah jum’at, silaturahim dan kunjungan para tamu dan pejabat dalam
berbagai pertemuan merupakan media lisan pewarisan peradaban Gontor. Adapun
pendekatan, keteladanan dan kenyataan secara gamblang dilihat melalui para
figur kyai dan guru senior yang telah memperjuangkan pondok hingga menginjak
usianya yang ke-90 tahun ini.
Adapun marketing periklanan yang sering kita jumpai tidaklah menjadi
salah satu media Gontor dalam menyebarkan dan mewariskan peradaban Gontor.
Namun, Gontor hadir dalam benak dan pandangan masyarakat melalui kiprah para
alumni dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui para alumninyalah Gontor
menyebarkan nilai-nilainya. Segalanya tak pernah terlepas dari para perintis
dan pejuang pondok, karena dari kesungguhan dan kiparah mereka dalam pembangun
peradaban Gontor menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat. Begitu pula
keunggulan pendidikan di Gontor, santri dan guru yang terarah, pencetak generasi ulung pemimpin
ummat, tingkat akademisi yang meningkat,
sarana dan prasarana yang menigkat serta kiprah para alumni adalah realita
bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor telah maju dan berkembang, dan akan terus
bersaing dalam dunia yang telah global ini .emgestafetkan
peradaban gontor untuk kemulian ummat dan bangsa.
Itulah jejak langkah Gontor berkhidmat untuk umat dan bangsa. Yang
diramu dalam sebuah peradaban berjiwakan tauhid dan bernafaskan islam dengan
tujuan mardatillah. Saat ini Gontor telah mewariskan peradabannya melaalui 23
pondok cabang yang tersebar di Indonesia, dengan 25.405 guru dan santri yang
turut serta dalam pelestarian peradaban gontor di wilayah internal, serta 2.684
mahasiswa/i Uiversitas Darussalam dalam upaya islamisasi ilmu pengetahuan.12
Nilia dan sistem pondok tak hanya menjadi fondasi Pondok Modern Darussalam
Gontor beserta cabanya saja.
12M. Khaerul Muttaqin,
“jejak langkah Gontor dalam berkhidmat untuk umat”, Majalah Gontor, edisi 03
tahunXIV Ramadhan-Syawal 1437/Juli 2016
Namun, ajaran Gontor ini
telah dianut pula oleh
pondok-pondok alumni yang ikut serta dalam mengestafetkan nilai-nilai perjuangan untuk kemuliaan
umat dan bangsa. Dan saat ini telah tersebar 380 pondok alumni mengibarkan
bendera Gontor dalam mewujudkan 1000 Gontor di Indonesia I’laan likalmatillah.
Komentar
Posting Komentar